Sajak Untuk Papa
Masih jelas dalam ingatan, ketika tangan mungilku dalam genggammu
Menuju taman kanak-kanak dekat rumah
Dua langkah panjang dan pendek satu arah
Mulut kecilku bicara tanpa lelah
Kini langkah pendek itu telah menjadi panjang, papa..
Kini tangan mungilku dapat menggenggam erat tanpa tanganmu
Tapi, kenapa tidak kau lepas genggamanmu padaku, aku telah dewasa?
“Tidak nak! sampai Tuhan kirimkan pengganti papa disampingmu!”
Kembali kulihat tanganmu,
Dulu halus tapi kini kasar berkerut,
Rambutmu yang dulu lebat dan pekat, kini telah bercampur dua warna,
dahimu pun telah kusut
Papa, engkau telah menua, tapi apa baktiku padamu?
Engkau mengajarkanku tentang kesederhanaan dan kebijaksanaan hidup,
Melihat dunia dengan jalanNya.
Banyak nasihat-nasihat bermakna yang aku ingat dalam naluriku,
“Nak, carilah pekerjaan yang baik, Papa hanya mampu menyiapkan pancing
dan kail, jika kamu mau menyantap ikan, pancinglah dengan kail yang sudah papa siapkan”
Dalam beberapa waktu kita sempatkan berdiskusi di meja makan favorit
kita, tentang banyak hal, semuanya, ya semuanya.
Ketika mulut bawelku mengeluh tentang pekerjaan, dengan bijaksana
engkau berkata,
“Nak, pekerjaan dan jabatan itu adalah sebuah amanah, lakukan dengan
baik dan jujur”
Ketika hati ini disakiti oleh makhlukNya, engkaulah penyejuknya,
“Sabar nak, ini belum saatnya. Maafkan dan ikhlaskan. Maaf tak membuat
kita menjadi rugi dan ikhlas tak bertepi”
Sudah banyak perjuangan dan pengorbanan yang kau lakukan untukku, tapi
apa baktiku?
“Belum, belum pa, belum sekarang, tapi ini prosesnya”
Tuhan akan bukakan jalan untuk kebaikan, untuk semua keikhlasan yang
kau toreh.
Ini janjiku, memuliakanmu sampai Tuhan mengirimkan imam sederhana dan
sebijaksana engkau papa, bukan sebagai penggantimu, tetapi pendamping kita,
aku, mama, dan papa.
Sampai Tuhan memanggil kita untuk pulang, dan JannahNya telah menanti
untuk kita tinggali, bukan sekedar disinggahi.
etamaria